WTI Turun Mendekati $77,00 karena Meningkatnya Optimisme Gencatan Senjata Antara Israel dan Hamas
- Harga WTI melanjutkan penurunan beruntunnya karena meningkatnya optimisme seputar negosiasi gencatan senjata di Timur Tengah.
- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata mungkin akan segera terwujud.
- Stok Minyak Mentah Mingguan API turun 3,9 juta barel pada pekan sebelumnya, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan sebesar 2,47 juta barel.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) terus menurun selama lima sesi berturut-turut, diperdagangkan di kisaran $77,00 per barel selama jam perdagangan Asia pada hari Rabu. Penurunan ini mungkin terjadi setelah lonjakan optimisme seputar potensi negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengisyaratkan bahwa kesepakatan gencatan senjata, yang dapat mengarah pada pembebasan beberapa sandera di Gaza, mungkin sedang dalam proses. Netanyahu saat ini sedang berada di Washington untuk berpidato di depan Kongres, menurut The Associated Press.
Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat (AS) sedang bekerja untuk menengahi kesepakatan bertahap antara Israel dan Hamas untuk menghentikan pertempuran dan mengamankan pembebasan para sandera yang tersisa. Sementara itu, di Tiongkok, faksi-faksi Palestina Hamas dan Fatah telah menandatangani sebuah deklarasi untuk membentuk sebuah pemerintahan persatuan dan menyelesaikan perpecahan yang telah berlangsung lama.
Namun, harga minyak mentah didukung oleh penurunan persediaan minyak mentah Amerika Serikat. Pada hari Selasa, American Petroleum Institute (API) melaporkan penurunan 3,9 juta barel pada Stok Minyak Mentah Mingguan untuk pekan yang berakhir pada tanggal 19 Juli, melebihi ekspektasi pasar untuk penurunan 2,47 juta barel. Ini mengikuti penurunan sebelumnya sebesar 4,44 juta barel. Laporan Perubahan Stok Minyak Mentah Administrasi Informasi Energi AS (EIA), yang dijadwalkan pada hari Rabu, diantisipasi akan menunjukkan peningkatan 0,7 juta barel untuk periode yang sama.
Dolar AS (USD) menghadapi tantangan karena meningkatnya spekulasi mengenai penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) di bulan September. Menurut FedWatch Tool dari CME Group, pasar saat ini mengindikasikan probabilitas 93,6% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan September, naik dari 88,5% sehari sebelumnya.
Dolar AS yang lebih lemah dapat membuat minyak menjadi lebih murah bagi para pembeli yang menggunakan mata uang lain, yang berpotensi meningkatkan permintaan untuk komoditas ini. Selain itu, suku bunga yang lebih rendah dapat menstimulasi aktivitas ekonomi di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia, yang dapat membantu mendukung harga minyak.
Para pedagang menunggu rilis data Indeks Manajer Pembelian (IMP) AS pada hari Rabu dan angka Produk Domestik Bruto (PDB) yang disetahunkan pada hari Kamis. Angka-angka ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru mengenai kondisi ekonomi Amerika Serikat.