USD/IDR Sedikit Naik ke 16.365 setelah Rilis Data IMP Manufaktur dan Inflasi Indonesia
- USD/IDR sejauh ini menguat ke 16.365 pada hari ini, mendekati dasar formasi persegi panjang pada grafik harian.
- IMP Manufaktur S&P Global Indonesia bulan Juni melemah ke 50,7; Inflasi tahunan turun ke 2,51%.
- Data IMP Manufaktur S&P Global dan ISM AS akan dicermati oleh para pedagang malam ini.
Pada hari Senin di sesi Asia, USD/IDR saat ini menguat ke 16.365, bertahan di bawah pertengahan rentang perdagangan berbentuk formasi persegi panjang antara 16.517 dan 16.345 pada grafik harian yang mulai terbentuk pada 19 Juni, namun belum berhasil menutup di bawah dasar kisaran tersebut. Penurunan Dolar AS (USD) setelah rilis data PCE yang lemah, meningkatkan spekulasi bahwa The Fed berpotensi melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali tahun ini, sehingga membantu Rupiah (IDR) menguat sejauh ini.
Pagi tadi, Indeks Manajer Pembelian (IMP) Manufaktur Indonesia di bulan Juni, yang dirilis oleh S&P Global, menunjukkan bahwa angka IMP Manufaktur berada di level 50,7, lebih rendah dari angka sebelumnya di 52,1 yang tercatat di bulan Mei.
Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia baru saja melaporkan Tingkat Inflasi Tahunan di bulan Juni tercatat 2,51%, turun dari tingkat di bulan Mei 2,84% dan konsensus 2,7%. Inflasi bulan-ke-bulan berada di -0,08% dibandingkan dengan tingkat sebelumnya di -0,03% dan konsensus di 0,06%. Inflasi inti tahun-ke-tahun terlihat di 1,90%, di bawah 2% pada bulan Mei dan meleset dari konsensus di 1,96%. Data inflasi tahunan ini masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 2,5±1% untuk tahun 2024.
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani telah menegaskan dalam konferensi pers Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 yang diadakan pada tanggal 24 Juni lalu, bersama anggota keuangan gugus tugas sinkronisasi pemerintahan memastikan perekonomian Indonesia dalam keadaan baik dan Pemerintah transisi berkomitmen akan menjaga defisit rasio utang di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Pernyataan dari Menteri Keuangan Indonesia tersebut sempat menenangkan pasar dan membuat Rupiah menguat ke level 16.390 dari level tertinggi 16.482 pada sore hari itu setelah konferensi pers. Namun, tampaknya ketidakpastian selama masa transisi pemerintahan Indonesia dan ketidakpastian global, termasuk waktu pemangkasan suku bunga The Fed, masih membayangi sehingga membuat Rupiah terombang-ambing di kisaran 16.450-16.350 sejak Selasa pekan lalu.
Di Amerika Serikat, PCE inti AS, ukuran inflasi pilihan Federal Reserve (The Fed) yang dirilis pada hari Jumat pekan lalu, terus melemah di bulan Mei, sehingga mendorong spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga tahun ini. Angka PCE inti tetap stabil sesuai prakiraan, dengan tumbuh 2,6% dari 2,8% di bulan April. PCE utama juga sesuai dengan prakiraan, tumbuh 2,6% YoY di bulan Mei dari 2,7% sebelumnya.
Dolar AS (USD) yang diukur oleh Indeks Dolar AS (DXY) di sesi Asia bergerak di 105,62, tertekan oleh data PCE AS yang lebih lemah dari tingkat sebelumnya.
Malam ini di sesi Amerika, para pedagang akan mencermati data-data dari Amerika Serikat (AS), yaitu IMP Manufaktur Global S&P akhir di bulan Juni, bersama dengan IMP Manufaktur ISM dan Belanja Konstruksi di bulan Mei.
Baca: Prakiraan Minggu Mendatang: Data, Politik, dan Forum ECB Menjadi Pusat Perhatian